NGRACUT BUSANANING MANUNGSO

Jika kita pernah membaca Ajaran kehidupan yang sangat lekat dalam khasanah jawa yang dinamakan ” SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU “. Dimana dalam kaweruh tersebut mengulas MAKNA huruf jawa HA, NA, CA, RA,KA sampai dengan NGA yang dimaknai sebagai “ Ngracut Busananing Manungso “ atau Melepaskan, Mengendalikan sang EGO Pribadi manusia. Tiba- tiba saja saya tertegun dengan sebuah Ayat dalam teks book Kitab Suci AQ akan kisah Musa di Lembah Thuwa ( bukit Thursina ) ketika menerima AJARAN KEBENARAN dari Tuhan. Secara tegas dan gamblang Tuhan telah mengajarkan kepada kita bagaimana manusia-manusia bisa berhubungan dengan sang Khaliq yang telukiskan dengan sebuah ISYARAT bagi manusia untuk “ Menanggalkan Terompah “ yang melekat di DIRI manusia. Dan, kesemuanya itu bisa kita cermati dalam kisahnya Musa di bawah ini.
Saat Musa mendekati nyala api itu semakin dekat, Musa mendengarkan suara dibalik api itu sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah teks book Kitab Suci QS. Thaahaa. 11 – 14 :

“ Maka ketika ia datang ketempat api itu ia dipanggil : “ Hai Musa “. Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan. Sesungguhnya Akumini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka mengabdilah ( sembahlah ) Aku, dan dirikanlah shalat untuk berdzikir ( mengingat ) kepada Aku “.

Setelah cahaya itu diperhatikan dengan seksama dengan penuh kesadaran DIRI, ada perintah yang diterima Musa ialah untuk menanggalkan “ sepasang Terompah “ atau alas kakinya. Apa makna yang tersirat dari yang tersurat tentang terompah disini…??. Jika yang dimaksud terompah adalah berupa alas kaki yang sebenarnya dalam bentuk dan wujud fisik ( materi ), maka sebenarnya tak ada alasan lagi untuk dilepaskan. Bukankah pada saat itu telah disebutkan bahwa Musa telah berada di lembah Suci Thuwa..?.
Artinya, Terompah itu mau dilepaskan atau tidak toh tetap saja Musa dan Terompahnya tetap berada di tempat yang Suci..ya..nggak..ya nggak…!!. Dari rangkaian 4 ayat di atas, sebenarnya telah dijelaskan bahwa Terompah itu dilepaskan karena Tuhan telah memilih Musa agar dapat mendengarkan apa-apa yang diwahyukan Tuhan kepada Musa. Terompah macam apa sih kok bisa menghalangi suara Tuhan jika Terompah tersebut tetap dipakai oleh Musa…?. Bukankah Musa telah mendengarkan perintah Tuhan pada panggilan yang pertama kalinya yang pada saat itu Musa masih memakai Terompahnya…?.

Mari kita cermati, pikirkan dan renungkan bersama-sama….!! Kita perhatikan sekali lagi, perintah bahwa Terompah harus dilepaskan agar Musa dapat mendengarkan apa-apa yang diwahyukan oleh Tuhan kepadanya. Apa hubungannya sepasang Terompah dengan Wahyu Tuhan yang akan disampaikan kepada Musa…?.
Berbagai penafsiran dalam memahami ayat ini, banyak para sufi ingin tahu makna dibalik menanggalkan Terompah. Ada yang memahaminya Terompah itu sebagai wujud “ HARTA BENDA, Keluarga “ atau segala bentuk wujud fisik dan materi lainnya. Bukankah keluarga dan domba-dombanya telah ditinggalkan pada saat Musa menghampiri nyala api di lembah Thuwa…?. Dan, Bukankah Musa pada saat itu juga masih memakai baju dan tongkat yang menyertainya…?.

Jika perintah untuk melepaskan sepasang Terompah kita pahami sebatas wujud benda fisik dan meteri, rasanya kok belum pas yah…Lalu apa sebenarnya makna yang bisa dipahami untuk mendekati ketepatan yang tersirat…?.
Bagaimana kalau perintah untuk melepaskan sepasang Terompah tadi kita maknai sebagai bentuk perilaku untuk “ Meluruhkan sang EGO “ yang dalam khasanah Jawa dinamakan “ NGRACUT BUSANA “ atau merupakan wujud “ KEBERADAAN yang FANA ….? “ yakni menanggalkan segala bentuk ke-AKUAN yang ada dalam DIRI Musa baik itu berupa AKAL PIKIRAN dan NALURI. Yah…FANA merupakan suatu keadaan seseorang yang sudah tidak lagi menginginkan “ HASRAT “ keutamaan keindahan, gemerlapnya dunia dan kenikmatan di akhirat.

Seseorang yang sudah berhenti pada stasiun FANA telah berada pada fase kondisi dan keadaan “ Lebur dan Lenyap dalam KEHAMPAAN “ yang ada hanyalah Allah sang Raabul Alamin. Untuk mencapai FANA ini, seseorang haruslah MENGOSONGKAN DIRINYA dari segala macam bentuk ke-AKUAN ( sepasang Terompah ) yang melekat dijasad fisiknya, yaitu MENGOSONGKAN HATI ( batin ) dari berbagai hasrat KEINGINAN LAHIRIAH dan MENGOSONGKAN PIKIRAN daripada khayalan dan lamunan serta impian yang tak terkendali dalam meraih perhiasan duniawi sebagai tujuan pokokrus dilakukan Musa, agar sura-suara Tuhan tadi dapat diterima dengan KEKOSONGAN HATI dan PIKIRAN dari hasrat dan ilusi yang digambarkan dalam bentuk “ KIASAN “ sebagai wujud sepasang Terompah.
Hati yang suci dan pikiran yang bersih, merupakan cerminan bagi Sang ILLAHI. Hanya dalam hati yang suci dan pikiran yang bersihlah QALAM Illahi akan dapt terukir dan terekam dengan sejelas-jelasnya. Dalam keadaan seperti itu segala kehendak-Nya akan dapat terbaca dan didengar jika kita telah melepaskan Terompah kita yang berupa “ Pengosongan HATI dan PIKIRAN “ agar Firman, sabda atau wahyu Tuhan yang disampaikan kepada kita.

Fana dalam penyatuan DIRI dengan Allah itu hanya berhasrat kepada-Nya, tidak perduli lagi dengan gemerlap dan keindahan duniawi dan akhirat. Pada tahapan ini seorang pejalan spiritual ( rohani ) akan melepaskan “ KESADARANNYA “ terhadap keadaan Fana. Ia akan melepaskan KETERIKATANNYA dengan Fana. Yang pada akhirnya terbebaskan dari tingkatan dan maqam Fana menuju pencapaian keadaan “ PENIADAAN atas KETIADAAN “ yang ADA hanyalah DIA Yang Maha Mutlaq, Dial ah Tuhan Al Haq.

Fana dalam kehampaan, dan tiada lagi suatu apapun yang berdiri tegak disamping-Nya, yang ADA hanyalah Wajah Yang Maha Suci dan tiada lagi yang KEKAL ABADI selain Wajah-Nya Yang Maha Mulia dalam balutan Wujud Dzat-NYA.

27 comments on “NGRACUT BUSANANING MANUNGSO

  1. “ngracut busana”. dalam pemahaman awam saya, mas santri, ini sebuah idiom yang kayak makna. dalam konteks kehidupan, ketika orang sudah melepaskan busana, maka yang tampak adalah kesejatian diri yang tampak pada raga dan fisik secara telanjang sehingga semua yang ada dalam tubuh akan tampak dengan jelas dan polos. nah, dalam konteks spiritual, bisa jadi ngracut busana memberikan sinyal kepada kita agar mau melepaskan semua hal yang bersifat ragawi dan duniawi. se[erti hedonisme, konsumtifisme, datau materialisme, untuk mewujudkan substansi kehidupan yang lebih luhur dan hakiki. nice posting, mas santri.

    +++++++++++++++++++++

    Injih Pak, penjelasan njenengan menambahi sekaligus melengkapi tulisan ini. Hubungan Kemanusiaan ( Hablum minannas ) rasanya harus terbangun kokoh hingga terciptanya hubungan dengan Tuhan ( Hablum minallah ) merupakan satu kesatuan yg tak dapat dipisahkan.

  2. Tubuh adalah anugrah Tuhan. Atribut hanya salah satu sarana manusia mensyukuri anugrah itu.
    Kita terlahir telanjang & suatu saat dalam keadaan telanjang kita akan kembali pada Sang Pencipta.
    Mari kita maknai tubuh telanjang ini, tanpa kedok & kepura-puraan.
    Menerima apa yang dianugrahkan & dipersiapkan Hidup bagi kita.

    +++++++++++++++++++

    Yupz…Kang Tommy, makanya dalam teks book Kitab Suci ada perintah kepada setiap manusia agar ” MATI dalam KEADAAN ISLAM “. Islam yang BUKAN dalam pengertian LABEL FORMALITAS nama AGAMA, melainkan sebuah SIKAP dan KESADARAN san DIRI setiap individu.

  3. ..mengapa memberi syarat pada hidupmu..?

    tanggalkan saja semua bajumu biar tubuh bugilmu buatku terangsang
    lalu mari kita maknai ketelanjangan
    engkau perempuan aku lelaki
    bagai madu dengan manisnya
    seperti api dengan panasnya
    membiru lautmu mengalun ombakku
    menghitam pekat memutih silau
    menerang siang menghening malam

    tapi kau malah sembunyikan molek indahmu
    dengan segala atribut kosmetika palsu
    yang kau impikan sebagai kemuliaan
    kau khayalkan sebagai kebenaran
    ayolah tanggalkan saja semua bajumu
    yang hanya akan memerangkap memasung jiwamu
    kan kutulis puisi di setiap lekuk tubuhmu
    kulukis waktu.. saat mengada bersamamu

    ++++++++++++++

    Halah…halah….wis tambah TAJEM wae…” ROSO PANGROSO ” mu Kang..

  4. Wah…blejet…mbaca SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU……… semaput-semaput…dewane pada geger…sang resi dan mentriknya telanjang…(Naradho mondar-mandir) “Ketiwasan-ketiwasan, Adhi Guru, kahyangan gonjang-ganjing, ono titah hangracut busono, medar Sastrajendra hayuningrat pangruwating diyu.”
    Bethara Guru memerintahkan Bethara Wisnu dan Istrinya untuk menggagalkan pemedaran itu. Dengan CINTA akhirnya gagallah pemedaran itu. Cinta manusia (berahi dunia) menimbulkan samsara, lahirlah Rahwana, Sharpa Kenaka, Kumbokarno dan wibisono…Berahi Akhirat menuntut perjuangan…penderitaan bisa menjadi akibat dan sarana menuju-Nya….salam

    +++++++++++++++++++++++++

    Muuuuaaaa..ha..ha…NGELONTHOK tenan Kang Ngajidin iki soal BABAKAN Sastrojendro
    Tuhan yang Maha KASIH itu NYATA adanya,…
    Jagalah tetap JERNIH KESUCIAN-Nya itu,…
    Ada orang mengaku mengenal Tuhan,…
    Tetapi BUDI PEKERTINYA tidak patut,…
    Pengendalian EGO ( nafsu ) tak dipenuhi,…
    Mengesampingkan KESALEHAN,…
    Orang yang benar-benar tahu,…
    Mampu mengekang HAWA NAFSUNYA,…
    Siang malam Penglihatannya terpelihara,…
    Tidak terpasung oleh nikmatnya tidur.

  5. ::tanggalkan terompahmu, inilah jalanKU…, inilah agama yang lurus…, buang tongkatmu…, AKU peganganmu, sandaranmu…namun jangan buang semua itu sebelum ada terompah ini, sebab nanti luka kakimu…jangan buang tongkatmu sebelum menemukan peganganmu…, carilah-carilah AKU, semampumu, sesungguhnya AKU tersembunyi amat dekat, amat terang…dalam wujud dan batin…kemanapun pandangan…tampakkah olehmu…ini AKU…itu AKU…tampakkah olehmu…hadapkan wajahmu ke wajah Pencipta langit dan bumi…itu AKU…

    +++++++++++++++++++

    Sebenarnya DIA tuh gak tersembunyi kan Kang,..??.tapi kitanya saja yg gak mau NEMUI….kita yang NYINGKUR…Lah jarene tertutup TABIR….ini yg harus dibersihkan.

    Mondar-mandir nyari SERBET….ngelapi KOCO BENGGOLO..heks..heks..

  6. Golekana galihing kangkung // carilah inti batang kangkung
    —hati dan pikiran yang kosong/suwung/sepi—
    Golekana tapaking kuntul mlayang//carilah jejak bangau terbang
    —dzikir menuju Allah—
    Golekana susuhing angin// carilah sarang angin
    —kemana kamu menghadap di situlah wajah Allah—
    begitulah mungkin kata pujangga kejawen.

    ++++++++++++++++

    Siiiiiiiiiiiipppp wis….ayo podho NGGRAYAHI dewe-dewe….
    koyo nggoleki jarum ditumpukan jerami di dalam ruang gelap
    Halah…halah…cek angele rek…rek…

  7. mohon pencerahan:
    apa gara2 ayat2 AQ itu ya muslim di Indonesia pd lepas terompah kalo pd mau solat, masuk masjid, ato bertamu?

    Terimakasih

    ++++++++++++++++++

    Hiks..hiks…
    ntar jangan-jangan malah ada yang bilang…apa gara-gara ayat itu yah…banyak Serandhal Ilang di Masjid….

  8. lepaskan keAKUan ku..
    buanglah keKAMUan mu..
    marilah menjadi KITA..
    *alah apaan sih ituh*

    tapi susah ituh..
    gag tau gimana caranya?
    sbab..
    AKU sudah menjadi aku..
    KAMU adalah kamu..
    KITA tak bisa terbentuk..
    karena kita berbeda..
    *alah tambah ngaco ajah*

    ++++++++++++

    Heks..heks….
    Klu AKU dan KAMU sama…halah…halah…COLOKO,
    Bojo-mu lak bojo-ku….kiks..kiks…

  9. JAGAD TAN SOYO RAME
    Panggonan kang wingit wis padang, kaniasan lampu lan bangunan
    setan-setan podo nggolek panggonan, nanging poro setan kebingungan. mergo wit-witan wis kanggo rebutan (jarah hutan) setan sidang mlebu kamar sembayang, setan membo-membo aweh nggo padang, nganti ra kroso jebul negoro bangkrut utang (kasus kredit macet)
    JAGAD TAN SOYO INDAH
    menungso rame podo golek wah, nganti wedi keno belet sawah, sak-iki wis ora ono medi sawah mergo sawah wis dadi omah. manungso sing ora biso urip wah rame-rame podo ngulu ngalap berkah kiblat wis ora ono nimg mekkah nanging ono panggonan sing salah. kiblat pindah ono ing kuburan sing nggowo sejarah.
    ning kono manungso podo ngalap berkah kasebab wong urip sak-iki podo susahketambah roso resah mergo negoro tambah AKEH masalah.
    RAMENING JAGAD INDAHING JAGAD
    Koyo-koyo bumi meh kiyamat. (Tsunami, gempa, Lapindo dll) manungso ngomong sak-omong lali ora nggowo kalimat opo maneh bab sholat, koyo percoyo roso ati lungo minggat.
    ONONE WEDI LAN WEDI
    urip nang negoro iki rasane tan soyo nggegirisi, koyo wis ora ono menungso sing dipanuti,
    maling gede podo minggat maling cilik podo disikat, untung isih ono dino jumat
    JAGAD RA SIDO KIYAMAT

    +++++++++++++++++

    Manggut…manggut, manthuk…manthuk….
    Nyodorin tangan….SUNGKEM sik ah….

  10. mbah… kaleh dicritani nabi khidir….. nabi khitir niku kepripun critane mbah
    maturnuwun. kupat disiram santen menawi lepat nyuwun ngapunten.

    ampun kesupen ceritane nabi khidir nggih mbah………………..
    bloger pemula

    ++++++++++++++++

    Mbak/Bu Eka
    Bukankah Khidir lagi makan KUPAT campur sayur santen neng PINCUKANE godhong gedhang, njur diPULUK-i karo tangan toh mbak/Bu…
    Lah Musa..ngotot nek mangan KUPAT jarene, enak-e kuwi ajang PIRING BELING karo nganggo sendhok wesi….
    Heks..heks…ora ketemu toh….ora gathuk to….??

    • sebenere gathuk juga mas,
      Khidir adalah jawaban Allah kepada Musa saat Musa mulai menonjolkan ego nya karena merasa Musa lah yang palng pintar sedunia (saat itu) karena diajari langsung oleh Allah, tapi Allah berkehendak lain, ternyata di belahan bumi yang lain ada hamba Allah lainnya yang Allah ajari juga ilmu hikma yang sama dengan Musa, namun beda sudut pengajaran.

      intinya sama bila yang dimakan itu sama sama kupat, lha memang kupat itu adalah ilmu (dari Allah), cuma Allah mengajarkan khupat itu pada khidir dengan cara lain seperti Allah ajarkan Kupat itu pada Musa dengan cara lain pula, dan Allah tunjukan kuasanya itu pada Musa.

      inilah makna bahwa bila semua Air Lautan Kering dijadikan Tinta dan Bumi Allah Habis dijadikan Kertas maka ilmu Allah tidak akan habis ditulis.

      sekian, dari saya yang juga bodoh ini

  11. *Halah… takpikir ngracut busana iku… Hehehe… :mrgreen: *
    Iya dong, ingat kidung Lir-ilir: ” Cah angon… Cah angon… Penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu ya penekna kanggo mbasuh dhodhot ira…” Bahwa kita diperintah untuk menjalankan ibadah dengan harus mengambil resiko menempuh apapun, demi ketentraman hati. Lah, kalau memang kita harus “ngracut busana” ya sudah…
    Memang manusia selama ini sudah buta terhadap semuanya, terlalu silau dengan kemewahan dunia termasuk aku juga kali ya … Ya, memang sudah saatnya “ngracut busana” diri masing-masing, kalau tidak mau “diracuti busanane” oleh Yang Kuasa…

    ++++++++++++++++

    Bukannya BUTA, TULI atau SILAU….
    Hanya mungkin kita-kita belum saja manyadari dan belum berusaha mengenal DIRI. Dan, kita belum mau menjadi DIRI SENDIRI…
    Ada masanya, ada proses….karena pada dasarnya setiap manusia ada ” STEMPEL ILLAHI ” dalam DIRINYA.

  12. ::Sebenarnya DIA tuh gak tersembunyi kan Kang,..??…halah..halah…yen gak tersembunyi yo engga digoleki toh…, yen wes ditampakkan…yo…meski tersembunyi dalam untaian kata ..diizinkan untuk dikenali…, cermin..cermin ajaib.., tidak berbentuk namun ada terpandang seperti Annur 35 hamparannya tidak diluar tidak didalam, namun memeancar pada pandangan….

    …………………………..

    Loh…bukannya karena KITA saja yang LUPA dan LALAI…??
    Pedahal dulu kan dah sama-sama kenal dan terjadi PERSAKSIAN…
    ( Alastubirobbikum )
    He..he…karena lupa dan lalai…lantas kita pada sibuk mencari-cari.
    Nyari di Masjidlah…di Wiharalah…di Gerejalah…di Mekkahlah…
    Halah..halah….pedahal…????

  13. blog yg bagus
    mohon izin menyimak

    +++++++++++++++++++++++

    Dipersilahkan, jika ada yang jelek dan tidak PAS di Lidah mas Bayu agar dibuang saja.
    Karena semua ini hanyalah uneg-uneg dari arek Malang yang NGELANTUR dan MBLARAH he..he..

  14. La Illahaillahu “Tiada lagi ke’aku’an itu selain AKU, meninggalakn semuanya karena memang manusia sebenarnya tidak memiliki semua itu, bahkan harta-benda, pikiran, nafsu, atau apaun itu termasuk ketaqwaan dalam manusia beribadah bukan hak manusia untuk mengakuinya, ke “aku” an manusia banyak sekali bentuknya bahkan seperti “Riya” , ke “aku” an ini juga lebih tipis daripada rambut yang tipis, keduanya saudara kembar “syirik” yang menghijab manusia sendiri dari ALLAH Azza Wajalla yang maha meliputi manusia, “Bahkan Allah lebih dekat dari urat lehermanusia”, tentu saja lebih dekat lha wong Allah yang ada meliputi seluruh alam semesta ini.

  15. semua saudara2ku yang berkomentar ataupun yang berpendapat di atas tidak ada yang salah apa lagi yang benar……… jelas! tidak ada! karena kebenaran hanya milik yang Maha Benar yaitu Allah sendiri … ya …to? Tetapi sekedar berpendapat meramaikan suasana boleh2 aja, tetapi jangan mengklaim bhw penpatnya paling benar dari lainnya. Kalau cuma sekedar ngomong dan hanya asal ngomong ya …perkiraanku… aja lo ini, terompah itu jelas alas kaki, kaki utk berjalan ya to…terompah ada sepasang…di dalam orang bertindak selalu beralaskan atau berlandaskan pengetahuan baik – buruk, benar – salah, enak – tidak enak, patut – tidak patut, untung – rugi, dst. pijakan pasangan sifat dan olah pikir itu semua bersifat nisbi atau bahkan fana, pada hal Musa diperintah utk menghadap dihamparan kesucian sang Pencipta, tentu tidak mungkin utk membawa pertimbangan2 yang bersifat nisbi tsb, karena kesucian terbebas dari sifat2 kefanaan tsb. Maka agar dpt menghadap ya harus melepas sifat -sifat pasangan kenisbian/kefanaan tsb, berarti harus kosong alias ketiadaan karena yang ada hanya sang DIA. Ha … ha ..ha iki mung dapur ngawur reka-rekaku wae ben gayeng. Salam rahayu kagem saudaraku sedaya. nuwun.

  16. mugo2, laaila ha illa anta subhanaka inni kuntu minadholimin, robbi inni matsaniyadzurru wa anta arhamurrohimin……..

  17. ya sudah lama da gk kumpul ma tmn”tuk melakukan jamasan,d krnkn kbrdaan q sngat jauh ma tmn ,maklum lg d perantaun kalbar ,kerj d pt.sari bumi kusuma,salam ma tmn dmn saja

  18. Betul pak, seseorg yg telah mampu meluruhkan egonya maka akan diberi pengertian2/pemahaman2 oleh-Nya dengan cara-Nya, bukan ala pikirannya yang sangat terbatas sebagai manusia. Yang tadinya tidak diketahui menjadi diketahuinya, yang tadinya pengetahuannya salah menjadi dibenarkan-Nya.

Tinggalkan komentar